October 2013

When a question “why do I have this?” voiced, appears too much because as the answer. Rather than our dizzying why, wouldn’t it be better if we find how-through this?

No decision is not correct, there is no wrong way. Everyone uses different glasses to view each issue. Don’t be afraid to make a decision through a kacamatamu yourself, because if you want to take the decision to make everyone feel that it is the right thing, then you will never be able to make a decision.

(Ketika sebuah pertanyaan “Mengapa aku mengalami hal ini?” disuarakan, akan muncul terlalu banyak karena sebagai jawabannya. Daripada kita memusingkan mengapa, bukankah akan lebih jika kita mencari bagaimana-melalui hal ini?

Tidak ada keputusan yang tidak benar, tidak ada cara yang salah. Semua orang menggunakan kacamata yang berbeda untuk melihat setiap persoalan. Jangan takut untuk membuat keputusan melalui kacamatamu sendiri, karena jika kau ingin mengambil keputusan untuk membuat semua orang merasa bahwa itu adalah hal yang benar, maka kau tidak akan pernah bisa membuat keputusan.)

That’s Everything—Part 3

that's everything_副本

Author               : Ivena

Remake by      : Cblink

Length             : Series/Part 3

Rating             : G

Genre              : Family, Romance, Friendship dkk.

Cast                 :

  • ·         Lee Jinki as Kim Jinki
  • ·         Kim Jonghyun as Kim Jonghyun
  • ·         Lee Taemin as Lee Taemin
  • ·         Choi Minho as Choi Minho
  • ·         Kim Kibum as Key
  • ·         Choi Min roo (Imagine Cast) Covered by Kim So Eun
  • ·         Lee Ji eun (Imagine Cast)

Support Cast   :

  • ·         Kim Jong In as Cha Jong In
  • ·         Cha Myung So as Pengacara Cha (Imagine Cast)

Note                : Cerita remake dengan berbagai perubahan, baik sudut pandang, judul dan Cast-nya. Inspirated story from summer desire. That story just fiction. Alur, Character and Plot it’s fiction.

============================That’s Everything=================================

 

That person who always loves you. I get infinitely jealous. But one of these days. I will only pour my heart. And talk about old stories. While holding your hand.

 

Hari yang begitu sulit telah di ukir dalam lembaran-lembaran perjalannan hidup semua insan. Dia yang ingin memulainya dan dia yang akan mengakhirinya. Entah pilihan mana yang pantas untuk ia pilih. Berjalan terus atau berhenti dalam bayang kenangan yang begitu menyakitkan.

  “Hyaa! Kau!” bentak seseorang. “Berani-beraninya kau mengingkari janjimu untuk tidak berhubungan lagi dengannya! Kau sudah menghapus kepercayaanku padamu!”

 “Ani, Anio oppa! A-aku, aku hanya, oppa jangan sakiti dia! Dia tidak salah apa-apa. Semua ini adalah salahku. Hikz.” Jawab seorang yeoja.

“Mati kau sekarang! Jangan harap kau akan lolos kali ini.”

Clise kejadian yang ia alami itu, terasa begitu miris olehnya. Tertawa atau menangis. Apa yang harus ia lakukan sekarang. Dia bukan seorang wanita yang bisa dengan mudahnya menangis untuk melepas segala lara hidupnya. Dia hanya lelaki yang kesepian, merindukan kehangatan. Tubuh yang begitu buruk untuk di pandang. Dengan wajah yang mulai membiru penuh lebam, ia berjalan sempoyongan ke sebuah rumah elite berwarna biru dengan gaya minimalis di daerah Namsan.

Tok… tok… tok…

“Hyung!!!”

Tok… tok… tok…

“Hyung! Buka Pintunya!” Teriaknya dengan nada memohon.

“Tok… tok… Hyung!!!” Panggilnya lagi sebelum akhirnya kepalanya terasa pusing dan ia tidak sadarkan diri.

“Oh Tuhan!! Taemin-ah!! Apa yang terjadi padamu?” Jawab sang tuan rumah begitu melihat orang itu –Taemin- telah terkapar di depan rumahnya.

“Taemin-ah Bangun! Kenapa kau seperti ini?” bujuknya mencoba untuk mengembalikan kesadaran Taemin.

10 menit kemudian,

Cahaya remang-remang mengudara bagaikan kunang-kunang yang bertebaran. Kepalanya masih pusing. Seseorang yang menyadari kesadarannya segera membantu orang ini untuk duduk bersandar di sofa tempatnya berada sekarang. Luka lebam yang begitu menyiksa.

“Aarght!!” rintihnya. Yah, dia adalah seorang namja. Berpawakan kurus, berambut hitam setengah pirang dengan fashion model terbaru tentunya. Namun itu semua sudah tidak berwujud dengan semua luka yang ia rasakan sekarang ini.

Taemin berusaha untuk persandar di sofa. “Hati-hati.” Titah seseorang. “Jadi bisakah  kau jelaskan arti semua ini Taemin-ah!” Pintanya kepada namja yang dipanggil Taemin itu. “Apa yang sebenarnya terjadi? Apa ini karena yeoja itu lagi?”

“Kau tidak perlu khawatir Minho hyung, aku sudah biasa seperti ini.” Jawab Taemin dengan senyum getirnya. Minho, pemilik rumah ini hanya bisa menatap Taemin dengan iba. “Apakah harus seperti ini?” Taemin hanya tersenyum licik, penuh kemenangan.

“Kau!” Minho menghela nafas. “Bisakah kita berhenti sampai di sini Taemin-ah? Aku merasa ini semua sudah salah.” Lanjutnya.

“Haha! Salah katamu, hyung? Kau jangan mencari alasan! Aku tahu, jika yeoja-ku adalah orang yang kau cintai, jadi karena alasan itu, kau memintaku untuk menghentikan semuanya. Spekulasiku kali ini benar bukan, hyung?”

Taemin mencoba berdiri dan berjalan ke arah jendela ruang tengah rumah elite itu. “Tapi untuk itu, aku minta maaf hyung, aku tidak bisa.” Menatap hamparan rumput hijau taman yang sangat ia cintai. Taman bunga Lili, dengan sedikit berat ia menghela nafas. Badannya begitu terasa remuk. “Aku tidak akan menghentikan semuanya hyung. Karena mereka aku kehilangan adikku, karena mereka aku kehilangan noona ku. Bertahun-tahun hidup kesepian. Bukankah kau juga merasakannya hyung?”

“Tapi Taemin-ah, dendam tidak akan menyelesaikan semuanya. Ini bukan karena Yeoja itu, tapi karena kau. Karena dendam kau berubah menjadi Taemin yang seperti ini! Taemin  yang dingin, Taemin yang angkuh, Taemin yang melupakan apa itu rasa cinta, apa itu rasa kasih sayang. Kau melupakan semuanya Taemin-ah. Itu membuatku muak! Sangat-sangat muak!”

*

*

Di tengah kemelut pertikaian, berbagai kisah mulai bermunculan. Entah itu sederhana, rumit atau yang lebih kompleks lagi tentunya. “Hikz.. Hikz..” suara isak tangis menyeruak dari kamar Jieun. Suara itu menarik perhatian Jonghyun yang tengah lewat depan pintu kamarnya. Pintu kamar tesebut bertuliskan tag Jieun’s Room.

Tok.. Tok.. Tok.. “Jieun-ah! Apa kau di dalam?” Tanyanya dengan nada lembut.

“….” Merasa tidak ada jawaban, akhirnya orang itu –Jonghyun- membuka pintu dan masuk ke dalam kamar. “Jieun-ah! Apa yang terjadi?” Tanyanya kembali.

“Jonghyun Oppa! Kenapa Onew oppa selalu melarang hubunganku dengan Taemin? Kenapa dia tidak seperti kau yang merestui hubungan kami? Apa yang salah dari seorang Taemin?” Kata Jieun bertubi-tubi.

“Tenanglah Jieun-ah, Onew hyung hanya khawatir denganmu, ia tidak pernah membenci Taemin. Percayalah pada Oppa! Oppa akan selalu mendukungmu.”  Ujar jonghyun sembari mengusap air mata Jieun.

“Sampai kapan pun aku tidak akan membiarkan kalian berdua bersama, Taemin bukan orang yang pantas untukmu Jieun-ah!” Timpal seseorang dari bibir pintu.

Jonghyun mulai merasakan Atmosphere yang tidak bisa ia terjemahkan seperti biasa. “Bisakah kita bicarakan ini hanya berdua saja hyung?” Ajak Jonghyun.

“Ani! Lebih baik, kita selesaikan semua permasalah ini sekarang. Aku tidak mau melihat dongsaeng ku dalam bahaya. Apa lagi dari bajingan Taemin itu!” Tolak Onew. Namja yang tengah bersandar di bibir pintu itu adalah Onew. Pemilik kendali dari rumah ini.

“Apa maksud Onew Oppa! Taemin bukan bajingan! Dia orang baik, oppa tidak bisa menilainya dengan sebelah mata.” Jieun angkat bicara.

“Taemin!” Onew mulai mengepalkan tangannya. “Taemin…”

“Hyung!” sela Jonghyun dengan nada bicara yang mulai meninggi.

“Apa maksud semua ini?” Jieun mulai tidak mengerti dengan keadaan yang terjadi sebenarnya.

“Taemin…” Onew menatap secara bergantian antara Jonghyun dan Jieun.

Dengan tatapan penuh harap jonghyun memohon, “Kumohon, biar kita saja yang tahu semua ini. Jangan libatkan Jieun.”

*

*

“Aishh… apa dia mempermainkan ku?” Kata Minroo geram karena sudah hampir tiga jam dia dan Key menunggu Jonghyun. ‘seharusnya aku tidak menerima permintaan Key’ Ujarnya dalam hati.

“Tenanglah Minroo-ah, dia tidak sedang mempermainkan mu, bahkan Jonghyun akan menceritakan semua kesalah pahaman ini.”

“Sudah habis kesabaranku, aku pulang, bahkan di saat seperti ini dia juga tidak memperlihatkan batang hidungnya, sudahlah Key mungkin ini yang terbaik untukku dan untuknya.”

“Tunggulah sebentar lagi” Kata key mencegah Minroo yang akan beranjak dari tempat duduknya. “15 menit lagi kalau dia belum datang juga, kau boleh pergi, arra!”

“Baiklah! Kali ini yang terakhir!” setuju Minroo.

“Dasar Bodoh! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak datang?” Umpat Key kesal.

*

*

Malam yang begitu menawan dengan rembulan yang selalu menghiasinya. Akankah semua ini berakhir? Pertanyaaan itu yang selalu muncul dari benak Taemin. Sejujurnya ia lelah dengan semua permainan sandiwara yang terasa tiada ujung baginya. Di tengah penerangan cahaya lampu ia berjalan di pinggiran kebun kecilnya. Kebun yang mengumbar banyak kenangan untuknya.

“Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kalian begitu cantik!” pujinya kepada salah satu bunga yang tumbuh di kebun itu. “Apakah masih ada celah bagiku untuk menemukan mereka?”

“Apa yang sedang kau lakukan?” Tanya sesorang sembari mencengkeram pundak Taemin.

Merasa sangat familiar dengan suara itu, Taemin pun membalikkan tubuhnya. “Jieun-ah!” ujarnya tak percaya. “Sejak kapan kau disini? Bagaimana kau bisa tahu rumahku?”

“Itu bukan masalah yang sulit untukku. Setidaknya sudah cukup lama untuk mendengar pernyataan yang kau katakan barusan. Aku merindukanmu Taemin-ah. Sudah hampir satu minggu kau tidak masuk ke kampus. Apakah lukamu begitu parah? Ku mohon jangan pernah benci kakakku.”

“Ania! Aku sedang tidak bergairah untuk bertatap muka dengan dunia luar.” Jawab Taemin asal. Taemin kembali memutar tubuhnya, menatap bunga-bunga yang selalu ia rawat selama ini. “aku tidak bisa menjanjikanmu apapun Jieun-ah”

Meskipun Jieun sedikit kecewa, namun dia tetap berusaha untuk tersenyum. “Aku tahu tentang itu. Jadi, di rumah sebesar ini, kau tinggal sendirian? Perumahan yang begitu sempurna.” Jieun masih tetap mengeluarkan pertanyaan yang begitu canggung baginya.

“Aku tinggal bersama hyung-ku.” Nada bicara Taemin begitu terasa datar.

Masih merasa tidak puas dengan semua jawaban Taemin, Jieun akhirnya menyerah. Bahkan kata yang begitu ia ingin dengar tak kunjung keluar dari bibir Taemin ‘aku juga merindukanmu’ mungkin itu hanya akan menjadi hiburan ilusi untuk dirinya. Bagi Jieun, yang terpenting dia mengetahui keadaan Taemin saat ini. Itu sudah lebih dari cukup.

“Kebun ini, sepertinya aku pernah melihat kebun seperti ini sebelumnya. Kebun bunga lili.” Tutur Jieun begitu menyadari apa yang tengah ia lihat.

“Benarkah?”

“Apa kau begitu mencintai bunga-bunga ini? Ternyata banyak yang belum aku tahu tentangmu.”

“Ania, dahulu, aku sangat membenci bunga. Sebaiknya kau tidak pernah mengenalku jieun-ah.” Suara Taemin melemah, nyaris tidak terdengar kalimat terakhir yang di tuturkannya. Taemin mulai terhanyut dengan kenangan masa lalu. Potret-potret kenangan itu terus muncul secara bergantian. “Aku hanya merawat mereka. Berharap seseorang yang ku nanti kehadiranya akan datang kepadaku, memelukku, dan berkata kepadaku ‘aku sangat merindukanmu’”

“Apa dia begitu berarti untukmu?”

“Sangat! Dia begitu berarti untukku.” Taemin mulai terlihat rapuh. Merasa iba, Jieun berusaha untuk menenangkan Taemin dan memeluknya dari balik punggunya. “Aku begitu merindukannya Jieun-ah! Sangat! Aku merindukan dia yang selalu berkata, ‘bunga lili adalah berkah, dia anugrah, jika kau merawatnya, kau akan menemui kebaikan’” Taemin menggenggam erat tangan Jieun. “Aku begitu merindukannya Jieun-ah.” Taemin berbicara dengan nada yang parau.

Jieun merasa tidak asing dengan kata-kata yang di lontarkan Taemin barusan, kata-kata yang begitu familiar di telinganya. Ia pun mulai menyelidik kembali. “Siapa orang yang begitu kau rindukan itu?”

“Dia, Adikku!”

*

*

“Noona!” Bentaknya kepada seorang yeoja yang berada di hadapannya saat ini. Sedari tadi hanya mengaduk-aduk makanan yang ada dihadapannya tanpa menyuapka satu sendok pun ke dalam mulutnya.

“Ah! Ne, Ada apa JongIn-ah?” ujar Yeoja itu kaget.

Jong In menghela nafas sejenak, “Apa yang sebenarnya terjadi padamu Minroo noona? Raut wajahmu begitu musam sejak terakhir kali kau bertemu dengan Key hyung seminggu yang lalu.”

“Ania! Aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir. Ini bukan karena  Key.”

Dengan mata sipit yang menyelidik Jong In merasa ada hal yang aneh disini. “ Apa terjadi sesuatu antara noona dengan Jonghyun hyung?” Pertanyaan kali ini membuat Minroo menghentikan aktivitasnya dari mengaduk makanan yang ada di hadapannya.

“Kau… Noona mohon kepadamu Jong In-ah! Jangan bahas lagi semua tentang Jonghyun di hadapanku. Lupakan dia untukku, apa kau mengerti?” Pinta Minroo dengan raut wajah yang begitu sulit di tebak.

“Tapi kenapa?”

“Kami berpisah! Jadi jangan bahas dia lagi di hadapanku.” Jawab Minroo to the point.

“Apa dia membuat kesalahan lagi?”

Bukannya menjawab Minroo malah balik bertanya, “Apa kau sudah meminum obatmu? Apa kau ingin aku merasa khawatir terus akan kesehatanmu? Kali ini jawab aku Jong In-ah, kau selalu melupakan kesehatanmu hanya untuk menghibur ku, menenangkan ku. Sebelum tidur, lakukanlah apa yang seharusnya kau lakukan.” Minroo meninggalkan meja makan dan berlalu ke kamarnya.

“Tidak Noona, kau salah! Karena aku sangat mencintai mu. Aku tidak ingin melihat Noona ku menyerah dengan hidupnya. Biarkan aku saja yang bertaruh nyawa untukmu Noona!” bisik Jong in dalam hati dengan wajah yang musam.

—To be Contiuned—

That’s Everything—Part 2/ Key’s POV

that's everything_副本

Author             : Ivena

Remake by      : Cblink

Length             : Series/Part 2

Rating             : G

Genre              : Family, Romance, Friendship dkk.

Cast                 :

  • ·                     Lee Jinki as Kim Jinki
  • ·                     Kim Jonghyun as Kim Jonghyun
  • ·                     Lee Taemin as Lee Taemin
  • ·                     Choi Minho as Choi Minho
  • ·                     Kim Kibum as Key
  • ·                     Choi Min roo (Imagine Cast) Covered by Kim So Eun
  • ·                     Lee Ji eun (Imagine Cast)

Support Cast   : Kim Jong In and Other.

==========================That’s Everything===========================

Even if you tease me by saying this is foolish, I can’t turn this heart around.

But there’s no answer, I guess I can never reach you.

 “Baiklah! Jika kau tidak mau cerita kepada ku, itu hak mu. Aku tak ingin kau pulang dengan baju basah kuyub seperti ini, Jong In pasti akan menghawatirkanmu. Ikutlah denganku!” Aku menyerah. Aku akhirnya mengajak Minroo menuju loker ku di Gedung A. Untung saja aku membawa baju ganti. Kemeja kotak-kotak berwarna biru. Kurasa ini akan cocok untuknya.

“Ganti dan pakailah baju ini, mungkin sedikit kedodoran. Namun setidaknya itu bisa menghangatkan tubuh mu!” Pinta ku memberikan kemeja kotak-kotak itu.

“Terima kasih Key.”  Hanya senyum. Aku tidak membutuhkan apa pun Minroo-ah. Dengan melihat kau tersenyum, itu sudah membuat roh dan jiwa ku tenang. Andai saja kau tahu maksud hati ku.

Di dunia yang fana ini, kita tidak pernah tahu bagaimana takdir akan berhenti. Takdir kita dimulai semenjak roh mulai di tiupkan ke dalam kandungan sang ibu. Begitulah teori mengatakan. Malaikat kecil mulai di impikan akan kehadirannya.

“Kita sudah sampai.” Kata ku menghentikan mobil di depan rumah Minroo.

“Apa kau tidak ingin mampir barang sebentar, Key?” Tanya Minroo kepada ku. Continue reading That’s Everything—Part 2/ Key’s POV